Apakah Micin Itu Berbahaya?

Apakah micin itu berbahaya?
https://www.pexels.com/photo/chips-crisp-crispy-crunchy-479621/

Micin secara umum kita kenal sebagai penyedap rasa, pembangkit cita rasa gurih dan lezat. Oleh karena itu, makanan yang mengandung micin cenderung disukai oleh semua kalangan. Zaman sekarang ini, orang-orang semakin peduli dengan kesehatan. Kebanyakan orang menyalahkan micin sebagai biang keladi penyakit pada anak-anak hingga  orang dewasa. Sehingga, penggunaan micin pun dibatasi. Namun, apakah micin itu berbahaya?

Dalam ilmu pangan, micin ialah Bahan Tambahan Pangan yang berfungsi sebagai Penguat Rasa atau Flavor Enhancer (penyebutan micin sebagai penyedap rasa pada dasarnya ialah salah). Menurut Perka BPOM No.23 Tahun 2013, penguat rasa ialah bahan tambahan pangan untuk memperkuat atau memodifikasi rasa dan/atau aroma yang telah ada dalam bahan pangan tersebut tanpa memberikan rasa dan/atau aroma tertentu. Terdapat beberapa jenis BTP penguat rasa, salah satu yang paling kita kenal ialah monosodium glutamat (MSG). Selain MSG, masih ada dinatrium inosinat, dinatrium guanilat dan garam-garam dari 5’ – ribonukleotida. Cara kerja micin sebagai penguat rasa ialah dengan cara memperkuat interaksi glutamat dengan reseptor glutamat  yang terdapat pada lidah.

Bagaimana cara memproduksi micin?

Micin diproduksi melalui proses fermentasi tetes tebu. Tetes tebu sendiri merupakan produk samping dari pengolahan gula. Proses fermentasi berlangsung selama kurang lebih 32 jam dengan suhu 32-37 °C. Larutan hasil fermentasi kemudian di pekatkan untuk memperoleh asam glutamat yang lebih murni. Produk kemudian direaksikan dengan garam sodium sehingga menjadi kristal-kristal monosodium glutamat (Santoso, 2012).

Menurut Perka BPOM No.23 Tahun 2013, Acceptability Daily Intake (ADI) dari micin ialah “Tidak Dinyatakan” (not specified). Menurut pendapat Ahli yang tergabung dalam JECFA (Joint FAO/WHO Expert Committee on Food Additives), ADI “Tidak Dinyatakan” merupakan istilah yang digunakan untuk BTP yang mempunyai nilai toksisitas (bahaya bagi kesehatan) sangat rendah. Batas maksimum penambahan micin pada suatu produk makanan dinyatakan CPPB (Cara Produksi Pangan yang Baik), artinya jumlah BTP yang ditambahkan ialah dalam jumlah secukupnya untuk menghasilkan efek yang diinginkan.

Sindrom Restauran Cina

Pada tahun 1968, Kwok RH mengemukakan bahwa sebagian orang sensitif terhadap konsumsi micin. Micin pada saat itu memang banyak sekali ditemukan pada masakan-masakan Cina. Oleh karena itu, mereka menamainya dengan “Sindrom Restauran Cina”. Gejala yang biasa terjadi ialah pusing, sakit kepala, sakit perut, dan urtikaria. Obayashi dan Nagamura (2016), menyatakan bahwa belum ditemukan hubungan yang jelas mengenai konsumsi makanan mengandung micin dan sakit kepala yang dialami oleh penderita sindrom ini. Namun, sangat tidak disarankan untuk mengkonsumsi micin secara langsung (tanpa dicampurkan ke makanan). Menurut Geha dkk.(2000), konsumsi micin secara langsung lebih meningkatkan potensi terkena “Sindrom Restauran Cina”.

Micin penyebab Obesitas dan Kanker

Rasa enak yang ditimbulkan setelah mengkonsumsi micin memang membuat orang menjadi ketagihan untuk makan dan makan. Penelitian pada tikus yang diberi makanan berupa micin menunjukkan bahwa memang MSG dapat mempengaruhi sistem syaraf pada tikus. Hal ini menyebabkan keseimbangan metabolismenya menjadi terganggu. Ketidakseimbangan ini memicu berat badan berlebih pada tikus (Bautista dkk., 2019). Penelitian pada tikus juga menunjukkan bahwa micin dapat memicu stress oksidatif (Kazmi dkk., 2016). Stress oksidatif merupakan penyebab awal munculnya sel-sel penyebab kanker.

Namun, memang dibutuhkan studi yang lebih banyak untuk menjawab pertanyaan, apakah micin itu berbahaya?

Referensi

Bautista RJH, Mahmoud AM, Konigsberg M, Guerrero NLD. 2019. Obesity: Pathophysiology, monosodium glutamate-induced model and anti-obesity  medical plants. Biomedicine & Pharmacotherapy. 111:503-516.

Geha RS, Beiser A, Ren C, Patterson R, Greenberger PA, Grammer LC . 2000. Review of Alleged Reaction to Monosodium Glutamate and Outcome of A Multicenter Double-Blind Placebo-Controlled Study.  J.Nutr. 130.

Kazmi Z, Fatima I, Perveen S, Malik SS. 2016. Monosodium Glutamate: Review on Clinical Reports. International  Journal of Food Properties. 20(2):1807-1815.

Obayashi Y  dan Nagamura Y. 2016. Does monosodium glutamate really cause Headache? A Systematic Review of Human Studies. J Headache Pain. 17:54

Perka BPOM No.23 Tahun 2013 Tentang Batas Maksimum Penambahan Bahan Tambahan Pangan Penguat Rasa.

2 Trackbacks / Pingbacks

  1. Mengenal Umami dan Kokumi (Cita Rasa Dasar Selain Manis, Asin, Asam, dan Pahit) - Majalah Pangan Online Indonesia
  2. Bagaimana Cara Membaca Label Informasi Nilai Gizi, Apa Fungsinya ya

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*